KARYA TULIS

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Edmond Leech (7 November 1910 – 6 Januari 1989), Sosiolod dan juga Antropolog terkenal di dunia, dalam buku karangannya yang berjudul Kami Ahli Ilmu Pengetahuan Akan Mengambil Alih Peranan Tuhan, mengatakan: "Hakikat dilahirkannya para ahli ilmu pengetahuan (sains) semata-mata hanyalah untuk menggantikan peranan Tuhan. Selama ini dunia diatur dan diurus oleh manusia, peraturan-peraturan yang ada dibuat oleh manusia, yaitu para cendikiawan, ahli politik, ahli filsafat, ahli agama dan  hasil dari kepemimpinan  manusia". (Abdurrahman, 1998:221). 
Ia mengatakan bahwa beribu-ribu tahun yang lalu, Tuhan  telah mewariskan kekayaan dunia ini kepada para ahli ilmu pengetahuan, kini sudah saatnya Tuhan turun dari tahta kekuasaannya dan mereka (para ahli ilmu pengetahuan) layak untuk menggantikan peranan-Nya.
Ia bekerjasama dengan kawan-kawan sesama ahli ilmu pengetahuan di seluruh wilayah sekitar tempat tinggalnya. Mereka saling beradu teori, berselisih pendapat untuk merumuskan strategi menjatuhkan teori Tuhan.
Di antara cara yang ditempuh oleh Edmond Leech dan kawan-kawannya dalam melancarkan misinya adalah dengan mengatur kelahiran manusia. Mereka tidak menghendaki manusia lahir ke dunia dalam keadaan lemah dan cacat tubuhnya, lahir dengan tingkat kecerdasan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka kehendaki serta tidak memiliki rupa secantik atau setampan ukuran yang telah mereka tetapkan. Mereka berpandangan bahwa manusia-manusia seperti itu lebih baik tidak usah dilahirkan, bahkan sama sekali tidak layak untuk dilahirkan, karena dunia ini adalah tempat bagi orang-orang sempurna seperti mereka. Menurut mereka, manusia-manusia yang berhak dilahirkan ke dunia ini hanyalah manusia-manusia yang memenuhi syarat-syarat kesempurnaan.
Demi merealisasikannya, mereka mengatur sedemikian rupa nutfah yang menjadi bahan pokok kejadian manusia yang kemudian diterbitkan jika keadaannya baik, tidak ada sedikit pun kekurangan daripadanya. Karena, mereka tidak menghendaki penghuni dunia ini adalah manusia-manusia bodoh yang memiliki kekurangan dalam intelegensi, memiliki  keturunan yang rupanya jelek, cacat tubuhnya serta berdarah turunan orang jahat.
Jika berhasil maka mereka merasa hebat dan semakin percaya diri untuk menggusur Tuhan dari tahta kekuasaan-Nya. Akan tetapi, jika syarat-syarat kesempurnaan tersebut tidak terpenuhi dalam artian mereka gagal,  maka lebih baik orang tuanya dimandulkan saja dengan kuasa undang-undang.
Mereka adalah sebagian kecil manusia yang kufur kepada Allah SWT. karena pengaruh sains yang tidak mampu mereka kendalikan dan mereka pergunakan sains itu dengan bijaksana. Tanpa mereka sadari, Allah SWT. dengan sengaja telah mereka sakiti, mereka telah berkhianat kepada Allah SWT. atas janji penciptaan mereka untuk selalu beribadah kepada-Nya serta mendustakan eksistensi kekuasaan-Nya.
Segala ilmu pengetahuan adalah milik-Nya, manusia hanyalah menjadi objek dari kepercayaan-Nya kepada makhluk yang ia jadikan khalifah di muka bumi ini. Buktinya, Allah SWT. secara tersurat atau pun tersirat mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan kepada manusia melalui kalam-Nya dalam Al-Quran.
Al-Quran merangkum semua kebutuhan manusia, solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapai manusia, semua ada di dalamnya.Bahkan sains yang selama ini banyak dipertuhankan telah ada bahkan dijelaskan secara detail jauh-jauh hari sebelum mereka membuktikannya secara ilmiah. (Romadhoni, 2004:19)
Tidak sedikit manusia yang awalnya menentang kebenaran Al-Quran, menghardik Al-Quran, menyangka bahwa Al-Quran menghalangi ilmu pengetahuan karena Al-Quran dipandang sempit dan menyempitkan, tetapi pada akhirnya mereka luluh dan membuka hati mereka untuk mengakui kebenaran Al-Quran, mereka beriman kepada Allah SWT. dan mereka masuk Islam setelah mereka tahu bahwa apa yang mereka buktikan secara ilmiah adalah benar adanya sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Al-Quran.
Reinword seorang ilmuwan barat pernah berkata:"Kita (para ahli sains) harus mengakui bahwa ilmu alam, filsafat, ilmu falak, ilmu pasti yang menerangi Eropa pada abad ke-19 diambil dan digali dari Al-Quran" (Ibrahim, 2010)  
Tertarik dengan masalah ini, maka tergugahlah hati penulis untuk mengupas tuntas masalah yang ada dan akan dituangkan dalam sebuah karya tulis berjudul PENGARUH SAINS TERHADAP KEIMANAN MANUSIA KEPADA ALLAH SWT. guna dijadikan pelajaran bagi generasi sekarang dan generasi yang akan datang.
B.       Perumusan Masalah
1.      Apa pengaruh yang ditimbulkan sains terhadap keimanan manusia kepada Allah SWT?
2.      Faktor apa saja yang menyebabkan seorang manusia kufur atau iman kepada Allah SWT. karena sains yang dikuasainya?
3.      Bagaimana telaah para Ulama tentang pengaruh sains terhadap keimanan manusia kepada Allah SWT?

C.      Tujuan Penelitian
1.      Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan sains terhadap keimanan manusia kepada Allah SWT;
2.      Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan seorang manusia kufur atau beriman kepada Allah SWT. karena sains yang dikuasainya;
3.      Untuk mengetahui bagaimana telaah para Ulama tentang pengaruh sains terhadap keimanan manusia kepada Allah SWT.

D.      Metode Penelitian
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan metode Bibliografi atau metode yang berdasarkan buku-buku rujukan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Maksud dari metode ini adalah suatu cara untukmemilih dan menentukan keterangan-keterangan yang relevan serta mempelajari literatur-literatur guna mendukung peneyelesaian masalah yang sedang dibahas (Winarto,1997: 251).
E.       Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan karya tulis ini, penulis membaginya ke dalam empat bagian, yaitu :
BAB I             :  Pendahuluan, terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II                       : Tinjauan Pustaka, menjelaskan tentang : Pengertian Sains dan Iman, baik secara etimologi dan terminologi atau pun menurut pendapat para ahli serta penjelasan mengenai urgensi Sains dan Iman kepada Allah SWT. bagi kehidupan manusia.
BAB III          : Pembahasan, tentang Pengaruh Sains terhadap keimanan manusia kepada Allah SWT. baik pengaruh positif atau negatif dari sains itu sendiri. disertai dengan pembahasan tentang faktor penyebab kufur imannya seorang manusia kepada Allah SWT. karena pengaruh dari sains yang dikuasainya.
BAB IV          : Penutup, terdiri atas : Kesimpulan, Saran-saran, Riwayat Hidup, dan Daftar Pustaka.  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.      Pengertian Sains
1.        Pengertian Sains Secara Etimologi
The word "science" is from old French, and in turn from latin "Scientia" which was one of several words for "knowledge" in that language. Kata Science  berasal dari bahasa Perancis lama, yang diambil dari bahasa latin yaitu Scientia yang mana, di dalam bahasa Inggris lebih banyak diartikan dengan kata Knowledge atau ilmu pengetahuan.1
Science (from the latin "Scientia", meaning "Knowledge") is an enterprise that builds and organizes knowledge in the form of testable explanations and predictions about the world. Sains  berasal dari bahasa latin "Scientia", yang berarti "Pengetahuan") dalam arti luasnya yaitu setiap pengetahuan dasar-sistematis atau praktek preskriptif yang mampu menghasilkan prediksi yang terbukti kebenaran alam.2
Science di dalam Bahasa Indonesia disebut dengan ilmu pengetahuan. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan (sains) adalah serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan pengetahuan ilmiah.


_________________________
di akses pada tanggal 04 April 2011, pukul 14.00.
2.        Pengertian Sains Secara Terminologi
Sains atau science atau ilmu merupakan suatu tindakan pikiran yang menghasilkan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui menjadi sesuatu yang jelas, terang dan dapat diketahui melalui jalan keyakinan atau sangkaan. (Ilmu Mantiq: 2)
Kebanyakan ahli berpendapat bahwa sains menurut terminologi adalah sebuah proses dari penafsiran alam semesta yang dapat ditangkap atau dideteksi oleh panca indera, biasanya dengan bantuan instrumen yang kemudian penafsiran itu harus diujicoba juga dengan bantuan instrument yang lain.
Berdasarkan Webster New Collegiate Dictionary sains didefinisikan sebagai   sebuah pengetahuan yang diperoleh melalui pembelajaran dan pembuktian, atau pengetahuan yang melingkupi suatu kebenaran umum dari hukum-hukum alam yang terjadi yang dapat dibuktikan melalui metode ilmiah. Sains dalam hal ini merujuk kepada sebuah sistem untuk mendapatkan pengetahuan dengan menggunakan pengamatan dan eksperimen untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi di alam.

3.        Pengertian Sains Menurut Para Ahli
a.    Stevens (1951) berpendapat bahwa pengetahuan ilmiah atau sains (science) adalah suatu usaha untuk mengadakan generalisasi atas preposisi-preposisi dengan cara mencocokkan antar system symbol formal seperti bahasa, matematika, logika ke dalam sebuah observasi empiris. (A. Mughni, Syafiq: 2004)
b.    Aristoteles mengatakan :
" Scientific knowledge was a body of reliable knowledge that can be logically and rationally explained". Ilmu sains merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang dapat dipercaya atau diyakini kebenarannya serta dapat diterima akal (logis) dan dapat dijelaskan secara rasional.3
c.    Kuhn berpendapat:
"Sains adalah ilmu yang dapat berubah-ubah melalui beberapa tahap revolusi ilmiah, meskipun hal itu tidak dikehendaki. (A. Mughni, Syafiq: 2004)
d.   Sal Restivo mengatakan: "Sains merupakan sebuah masalah sosial yang baru, karena sains lahir dari masyarakat modern yang cacat yaitu mereka kaum kapitalis". (Lalu: 2010)
e.    Ibrahim Lalu berpendapat: " Sains merupakan ilmu yang berdasarkan fakta, logika dan mendasarkan perkembangannya kepada apa yang dilihat, diukur dan dapat dibuktikan. Sains bersifat positivis, empiris dan rasional. Sains berpijak pada rasio manusia sehingga kebenarannya bersifat relatif". (Lalu: 2010)







_______________________
3 Armahedi Mahzar, http://www.facebook.com/notes/armahedi-mahzar/asal-usul-sains-modern/393375441800, diakses pada tanggal 12 Februari 2011, pukul 12.30.
f.     Para ahli sains barat sepakat untuk mendefinisikan sains, mereka berpendapat:
"Pada mulanya sains berarti pengetahuan knowledge yang dikontraskan dengan intuisi. Setelah mengalami perkembangan, maka berubahlah  pemaknaannya, tidak hanya sekedar pengetahuan rasional, tapi menjadi pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian dan percobaan-percobaan yang dilakukan untuk menentukan sifat dasar atau prinsip dari apa yang dikaji".4

B.       Pengertian Iman
1.        Pengertian Iman Secara Etimologi
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Iman artinya percaya, percaya kepada Tuhan. Dalam referensi lain dikatakan bahwa :
اْلإِيْمَانُ فِى اللُّغَةِ : التَّصْدِيْقُ بِالْقَلْبِ.
Iman menurut bahasa adalah percaya, membenarkan atau meyakini sesuatu dengan hati. (Zakaria: 2005)

2.    Pengertian Iman Secara Terminologi
وَفِى الشَّرْعِ : التَّصْدِيْقُ الرَّسُوْلِ فِيْمَا جَاءَ عَنْ رَبِّهِ.
Iman menurut istilah ialah membenarkan apa-apa yang disampaikan oleh Rasul dari Tuhannya. Menurut pendapat yang lain :

وَقِيْلَ : إِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ وَاعْتِقَادٌ بِالْقَلْبِ وَ عَمَلٌ بِالْأَعْضَاءِ.
Iman artinya mengucapkan dengan lisan, meyakini dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan.
_________________________________________
4 Armahedi Mahzar,  http://www.facebook.com/notes/armahedi-mahzar/asal-usul-sains-modern/393375441800 diakses pada tanggal 12 Februari 2011, pukul 12.30.
Menurut pendapat yang lain:

وَقِيْلَ : إِقْرَارٌ بِاللِّسَانِ  وَ عَمَلٌ بِالْأَرْكَانِ وَاعْتِقَادٌ بِالْجَنَانِ.   
Iman artinya mengikrarkan dengan lisan, mengamalkan dengan anggota badan dan meyakini dengan hati. (Zakaria: 2005)

3.        Pengertian Iman Menurut Para Ahli
a.    Menurut para Ulama hadits, iman itu ada enam, iman kepada Allah SWT. di antaranya, yaitu :
هُوَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ تَعَالَى بِمَعْنىَ أَنَّكَ تُصَدِّقُ بِوُجُوْدِ الرَّبِّ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى وَ أَنَّهُ عَزَّ وَ جَلَّ. فَاطِرُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ, عَالِمُ الْغَيْبِ وَ الشَّهَادَةِ, رَبُّ كُلَِّ شَيْءٍ وَ مَلِيْكُهُ. لَاإِلهَ إِلاَّ هُوَ وَلَا رَبٌّ غَيْرُهُ وَ أَنَّهُ عَزَّ وَ عَلَا مَوْصُوْفٌ بِكُلِّ كَمَالٍ مُنَزَّهٌ عَنْ كُلِّ نُقْصِانٍ. (منهاج المسلم: 9)

Hendaklah engkau beriman kepada Allah SWT. dengan artian sesungguhnya engkau membenarkan adanya Allah, Rabb yang Maha Agung, Maha Tinggi dan sesungguhnya Allah yang Maha Gagah dan Maha Mulia, pencipta langit dan bumi, mengetahui yang ghaib dan yang nyata, pemelihara setiap sesuatu dan pemiliknya, tiada yang disembah kecuali Dia dan tidak ada Tuhan selain-Nya. Dan sesungguhnya Allah yang Maha Mulia dan Maha Tinggi, tersifati oleh setiap kesempurnaan, bersih dari setiap kekurangan. (Minhaj Al-Muslim: 9)


b.    Ulama yang lain berpendapat:
وَأَمَّا مَعْنَى الْإِيْمَانِ بِاللهِ, أَنْ تَعْتَقِدَ أَنَّ اللهَ هُوَ اْلإِلَهُ الْمَعْبُوْدُ وَحْدَهُ دُوْنَ سِوَاهُ, وَتُخْلِصَ جمَيِِْعِ أَنْوَاعِ الْعِبَادَةِ كُلُّهَا لِلّهِ وَتُنْفِيَهَا عَنْ كُلِّ مَعْبُوْدٍ سِوَاهُ وَ تُحِبُّ أَهْلَ الْإِخْلَاصِ وَتُوَالِيْهِمْ وَتُبْغِضَ أَهْلَ الشِّرْكِ وَتُعَادِيْهِمْ. (مجموعة التّوحيد:9)

Adapun arti iman kepada Allah yaitu (meyakini) bahwa Allah itu Dia-lah yang patut disembah, Dia sendiri, tidak ada yang lainnya. Dan mengikhlaskan segala bentuk ibadah seluruhnya hanya karena Allah, meniadakan segala sesuatu yang disembah kecuali Dia, mencintai orang-orang yang ikhlas dan senantiasa membantu mereka, dan membenci orang-orang musyrik serta menentang mereka. (Majmu' Al-Tauhid: 9)



c.    Ustad. Aceng Zakaria berpendapat: "Iman itu ialah mempercayai ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad yang bersumber dari Allah SWT. Iman itu tidak cukup dengan pengakuan saja, tetapi mesti direalisasikan dalam bentuk pengamalan terhadap ajaran yang dibawakan oleh Nabi". (Zakaria: 2005)

C.      Urgensi Sains dan Iman kepada Allah SWT.  bagi Kehidupan Manusia
Sains telah membuktikan betapa manusia kaya akan potensi intelektual dibandingkan dengan makhluk Allah yang lain. Sains telah bertransformasi menjadi aspek yang sangat penting dalam stabilitas kehidupan manusia yang hingga kini, semakin menampakkan eksistensinya di dunia.
Hari demi hari, perkembangan sains sudah tidak dapat dibendung lagi. Sains berkembang sangat pesat, hingga sains mampu melengkapi keseimbangan peradaban hidup manusia. Meskipun demikian, disadari atau tidak disadari sesungguhnya sains telah memberikan pengaruh yang sangat besar kepada manusia, baik itu pengaruh positif atau negatif.
Kemajuan sains di dunia telah nampak jelas, hingga pengaruhnya juga sudah dapat kita simpulkan masing-masing, baik itu pengaruh positif atau negatif. Kita dapat melihat secara jelas tentang persoalan ini melalui surat kabar, berita di televisi atau dari internet dan sumber-sumber yang lainnya.
Ternyata, hanya ada dua komponen yang sangat essensial dan berpengaruh dalam konteks ini, yaitu sains itu sendiri dan iman. Sains dan iman merupakan dua komponen berbeda yang pada prinsipnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Sains tanpa iman sangat berpotensi untuk menjadikan manusia melenceng dari hakikat diciptakannya yaitu untuk beriman dan beribadah hanya kepada Allah SWT. serta menjerumuskan mereka ke lubang kekufuran. Karena, secara tidak langsung iman semestinya dijadikan pijakan oleh para ahli ilmu pengetahuan untuk tetap teguh dalam keilmuwan dan keimanannya. Sementara itu, iman juga pada hakikatnya sangat membutuhkan ilmu (sains), karena tanpa didasari ilmu, apalah arti iman. Iman akan dangkal pemaknaan dan penerapannya, jika sama sekali tidak disertai dengan ilmu.
Meskipun begitu, masih banyak orang di dunia ini yang beranggapan bahwa sains dan iman tidak mungkin untuk dapat disatukan. Karena sains dan iman satu sama lain memiliki visi dan misi yang berbeda. Tidak sedikit juga ilmuwan yang beranggapan bahwa sains dan iman adalah rival.
Walaupun demikian, tetap saja kita harus mengakui bahwa sains dan iman adalah dua hal yang sangat penting keberadaannya di sisi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini.

                                                                      
1.        Urgensi Sains bagi Kehidupan Manusia
Sejak awal lahirnya ide-ide cemerlang tentang kemajuan ilmu pengetahuan  tepatnya sejak Perang Dunia II berkobar, ilmu pengetahuan ilmiah (sains) telah menampakkan eksistensinya bahkan hingga sekarang. Perkembangan sains memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Karena, dengan sains manusia berbudaya dan berperadaban.
Sains secara terang-terangan menuntut manusia untuk terus menerus mengembangkannya hingga menghasilkan inovasi-inovasi yang dibutuhkan manusia sendiri. Sehingga tidak heran, sains dianggap sebagai sebuah komponen kehidupan yang sangat urgen (penting).
Tanpa sains, manusia bisa saja disetarakan dengan hewan, atau tumbuhan. Akan tetapi, itu tidak akan terjadi karena Allah telah menghadiahkan sains kepada manusia dan menempatkan manusia pada tempat yang paling baik (sempurna) dalam penciptaannya.
Sains merupakan anugerah terindah yang eksistensinya sangat dibutuhkan hingga peradaban manusia berakhir. Sains akan mampu menjawab keraguan manusia atas kekuasaan Tuhannya ketika sains itu diterjemahkan pada tempat yang seharusnya. Akan tetapi sebaliknya, sains akan mampu meruntuhkan kepercayaan manusia atas kekuasaan Tuhannya ketika sains diterjemahkan berbeda.



2.        Urgensi Iman kepada Allah SWT.  bagi Kehidupan Manusia
Manusia, Allah SWT. ciptakan disertai dengan tanggungjawab besar untuk selalu menepati janjinya yaitu selalu beriman dan beribadah hanya kepada-Nya semata semenjak manusia dalam proses kesempurnaan (di alam rahim), serta bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Dia.
Iman merupakan salah satu syarat untuk manusia agar mereka mampu memenuhi janjinya kepada Allah. Karena, hanya manusia-manusia yang berimanlah yang akan ditempatkan di sisi-Nya dan selalu Ia banggakan sebagai hamba-Nya.   
Iman merupakan sebuah komponen kehidupan yang sangat penting dan eksistensinya sangat dibutuhkan. Karena tanpa iman, manusia tidak akan mempunyai arah, tujuan dan haluan dalam hidupnya.
Pada hakikatnya, iman telah Allah anugerahkan kepada semua makhluk-Nya termasuk hewan, tumbuhan, jin dan malaikat, agar semua makhluknya selalu "bertashbih" memujinya, menaati semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Iman akan mampu menerjemahkan hakikat penciptaan manusia, tugas hidup manusia serta arah tujuan hidup manusia di dunia. Iman akan senantiasa berdampingan dengan ilmu, hingga iman dan ilmu akan senantiasa memposisikan keduanya pada posisi yang sangat urgen (penting).

BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pengaruh Sains Terhadap Keimanan Manusia Kepada Allah SWT.
Kebanyakan ilmuwan berasumsi bahwa keimanan manusia kepada Allah SWT. adalah rival utama bagi ilmu pengetahuan ilmiah atau sains. Mereka senantiasa berusaha untuk meyakinkan diri mereka serta kebanyakan manusia akan rivalitas iman dan sains sebagai dua komponen berbeda yang sangat sulit untuk dipersatukan.
Sains cenderung menggunakan logika yang rasional sementara keimanan manusia kepada Tuhan cenderung tidak rasional. Sains dapat dibuktikan secara konkret melalui penelitian ilmiah, sementara keimanan manusia bersinggungan dengan objek yang abstrak dan sulit untuk dibuktikan secara konkret, karena kebanyakan manusia meyakini Allah SWT. sebagai Tuhan karena kodrat atau turunan dari kepercayaan orang tuanya.
Russel di dalam buku karangannya yang berjudul Religion and Science  mengatakan bahwa sesungguhnya ilmu pengetahuan ilmiah (sains) tidak memiliki kapasitas untuk berbicara tentang nilai atau etika (agama). Secara garis besar, Russel memisahkan antara sains dan keimanan kepada Tuhan. Ketika berbicara masalah sains maka Tuhan tidak diikut sertakan, begitu pula sebaliknya.
Timbal balik dari paradigma semacam ini adalah banyak bermunculan penyelewengan-penyelewengan yang dilakukan oleh manusia melalui perantara ilmu pengetahuan terhadap keimanan mereka kepada Tuhan. Akibatnya, banyak sekali kasus yang membuktikan betapa sains lebih dipertuhankan oleh kebanyakan manusia, dibandingkan dengan mempertuhankan pencipta mereka dan pemilik segala ilmu pengetahuan yaitu Allah SWT. hingga tidak sedikit manusia yang terjebak dalam perangkap kekufuran bahkan hingga mati dalam keadaan kufur.
Di sisi lain, sains sebagai ilmu pengetahuan ilmiah yang kemudian diterjemahkan dengan bijaksana yaitu sebagai ilmu yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia, akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bertambahnya tingkat keimanan manusia kepada-Nya. Karena, dengan bertambahnya sains, maka bertambah pula keimanan mereka kepada pemiliknya, Allah SWT.
Banyak sekali ahli sains di dunia ini yang kemudian mengarahkan hati dan pikiran mereka untuk berpegang teguh kepada iman kepada Allah SWT. setelah pembuktian ilmiah mereka membuktikan bahwa sesungguhnya sains dan iman itu adalah saling melengkapi dan saling berinteraksi satu sama lain. Akan tetapi, tidak sedikit pula para ilmuwan yang justru menjadi takabur setelah pembuktian ilmiah hasil temuannya mereka anggap hasil jerih payahnya, tanpa sedikit pun campur tangan Tuhan, serta mereka anggap hasil penelitiannya membuktikan bahwa ilmu yang mereka miliki secara mutlak dapat dikatakan lebih tinggi derajatnya dari pada ilmu yang Tuhan miliki.
Secara garis besar, sains menimbulkan dua pengaruh yang berdampak sistemik bagi kehidupan manusia, yakni sains menyebabkan seorang manusia (ahli sains) kufur kepada Allah SWT. atau sebaliknya, sains menyebabkan seorang manusia beriman dan bertambah keimanannya.
1.        Sains Mempengaruhi Manusia untuk Kufur Kepada Allah SWT.
Sains yang telah Allah SWT. berikan merupakan sebuah anugerah yang tidak ternilai harganya, khususnya bagi kehidupan manusia di dunia ini. Dengan sains manusia berbudaya, berperadaban dan memposisikan manusia sebagai makhluk yang berbeda dengan makhluk lain ciptaan-Nya. Manusia diberi tanggung jawab besar untuk menjaga keseimbangan, keselarasan dan keharmonisan kehidupan dunia dengan sains yang telah Allah amanatkan.
Sains telah mendorong kemajuan peradaban manusia di dunia dalam berbagai bidang, baik itu sains klasik atau modern. Disadari atau pun tidak, berkembang pesatnya sains telah memberikan warna tersendiri bagi kehidupan manusia. Sains telah menjadi pasangan yang sangat sulit dipisahkan dengan kemajuan intelektual manusia.
Sains menuntut manusia untuk selalu melahirkan sesuatu yang bersifat inovatif, mengikuti perkembangan sains itu sendiri. Akan tetapi, perkembangan sains seringkali diikuti dengan banyaknya manusia yang kemudian mengklaim dirinya sebagai "pengganti peranan Tuhan", karena sains yang mereka kuasai sudah mereka rasa setara, bahkan lebih dibandingkan dengan ilmu yang dimiliki Tuhan, sampai-sampai mereka sudah merasa layak menduduki tahta penguasa alam semesta.
Betapa banyak manusia dari golongan para ilmuwan yang mulhid di muka bumi ini, yaitu mereka yang sama sekali tidak percaya akan adanya Allah SWT. dan segala bentuk kekuasaan-Nya. Di bawah ini merupakan sebagian kecil para ilmuwan yang termasuk ke dalam golongan itu, bahkan terjerumus ke dalam jurang kekufuran. Di antara mereka yaitu:
a.         Edmond Leech (Kami Ahli Ilmu Pengetahuan Akan Mengambil Alih Peranan Tuhan)
Edmond Leech (7 November 1910 – 6 Januari 1989) adalah seorang Sosiolog dan Antropolog terkenal di dunia. Ia merupakan salah seorang ilmuwan yang sangat mempertuhankan ilmu pengetahuan ilmiah (sains), hingga ia tidak percaya sama sekali akan adanya Tuhan, hanya ilmu pengetahuan saja yang ia rasa akan membawanya menuju derajat kesempurnaan.
Dalam buku karangannya yang berjudul Kami Ahli Ilmu Pengetahuan Akan Mengambil Alih Peranan Tuhan, ia mengatakan: "Hakikat dilahirkannya para ahli sains adalah untuk menggantikan peranan Tuhan. Selama ini dunia diatur dan diurus oleh manusia, peraturan-peraturan yang ada dibuat oleh manusia, yaitu para cendikiawan, ahli politik, ahli filsafat, ahli agama dan  hasil dari kepemimpinan  manusia".   
Dalam berbagai kesempatan, secara terang-terangan ia mengatakan: "Mereka para ahli ilmu pengetahuan yang berijazah Ph.D sudah selayaknya diberi kesempatan untuk mengatur dunia ini dengan ilmu yang mereka gali tanpa campur tangan Tuhan".
Ia bekerjasama dengan kawan-kawannya sesama ahli ilmu pengetahuan, untuk membuktikan bahwa ilmu pengetahuan ilmiah akan mampu meruntuhkan kepercayaan manusia terhadap Tuhan. Di antara cara yang ditempuh oleh Edmond Leech dan kawan-kawannya dalam melancarkan misinya itu adalah dengan "mengatur kelahiran manusia".
Mereka tidak menghendaki manusia lahir ke dunia dalam keadaan lemah dan cacat tubuhnya, lahir dengan tingkat kecerdasan yang tidak sesuai dengan apa yang mereka kehendaki serta tidak memiliki rupa secantik atau setampan ukuran yang telah mereka tetapkan. Mereka berpandangan bahwa manusia-manusia seperti itu lebih baik tidak usah dilahirkan, bahkan sama sekali tidak layak untuk dilahirkan, karena dunia ini adalah tempat bagi orang-orang sempurna seperti mereka.
Demi merealisasikan keinginannya, Leech dan kawan-kawan mengatur sedemikian rupa nutfah yang menjadi bahan pokok kejadian manusia yang kemudian diterbitkan jika keadaannya baik, tidak ada sedikit pun kekurangan di dalam nutfah itu. Karena, mereka tidak menghendaki penghuni dunia ini adalah manusia-manusia bodoh yang memiliki kekurangan dalam intelegensi, memiliki  keturunan yang rupanya jelek, cacat tubuhnya serta berdarah turunan orang jahat.
Jika berhasil maka mereka merasa hebat dan semakin percaya diri untuk menggusur Tuhan dari tahta kekuasaan-Nya. Akan tetapi, jika syarat-syarat kesempurnaan tersebut tidak terpenuhi,  maka lebih baik orang tuanya dimandulkan saja dengan kuasa undang-undang.
Kutipan kisah di atas, menunjukkan betapa ilmu pengetahuan yang disalah artikan Edmond Leech dan kawan-kawannnya mengundang sebuah tanda tanya besar. "Kenapa ada orang yang seperti itu?".
Ternyata tidak hanya demikian, mereka pun sudah berani mendiskreditkan kekuasaan Allah SWT. Mereka berasumsi bahwa selama ini sains telah membuktikan betapa Tuhan tidak ada apa-apanya di hadapan ilmu pengetahuan ilmiah.  
     Islam memandang hal seperti ini sebagai sebuah bentuk takabur (sombong, angkuh, besar kepala, merasa lebih dari yang lain di atas segalanya) bahkan bisa jatuh ke dalam kekufuran, karena tipikal orang-orang seperti ini senantiasa menutup hati-hati mereka untuk mendapat hidayah (petunjuk) dari Allah SWT. dan Allah senantiasa akan memberikan teguran kepada orang-orang semacam ini dari arah mana saja yang tidak mereka sangka. Tinggal mereka tunggu kapan azab Allah datang menghampiri mereka, karena sesungguhnya Allah itu maha pedih siksaan-Nya.
               
b.        Karl Marx (Tuhan, Agama Hanyalah Sebuah Candu Belaka)
Ilmu pengetahuan adalah segalanya bagi ilmuwan berikut ini. Ia tidak percaya sama sekali terhadap Tuhan, ia pun menganut faham Atheis (tidak percaya terhadap agama manapun). Karl Marx namanya, seorang Sosiolog yang lahir di Trier, Jerman pada tanggal 5 Mei 1818 dan meninggal di London pada tanggal 14 Maret 1883. Dalam sebuah kesempatan, Karl Marx  pernah mengatakan: "Agama itu hanyalah sebuah candu, sebuah sistem yang hanya mempersilakan kaum penindas untuk mempertahankan hal-hal yang sesuai dengan kepentingannya semata, fenomena universal yang mengatur manusia untuk bertindak sesuai ajarannya sendiri. Namun, agama sering kali terpelintir oleh kepentingan tertentu".
 Hal ini ia ungkapkan untuk menafikan adanya hubungan antara sains dan agama (ketuhanan). Dalam beberapa kesempatan juga ia mengatakan:
"Agama hanyalah sebuah ideologi yang menyamarkan tindakan seorang penghisap, begitu pun adanya Tuhan. Tuhan adalah sesuatu yang tidak rasional jika manusia menganggapnya ada. Bagaimana bisa Tuhan dianggap ada, sementara zat dan wujudnya sama sekali tidak terlihat, tidak terasa dan tidak teraba? Logika mengatakan, yang ada itu nampak adanya".   
                                                               
Apa yang diungkapkan Karl Marx adalah cerminan dari ketidakfahaman dirinya akan makna ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Ilmu pengetahuan yang ia miliki, ia gunakan untuk menentang hukum-hukum Allah SWT. Tuhan semesta alam, pemilik segala ilmu pengetahuan.
Marx telah buta karena ilmu pengetahuan, Allah SWT. yang telah memberikan kepadanya sebuah keistimewaan berupa ilmu pengetahuan justru menjadi objek utama pengingkarannya. Sains yang disalahartikan olehnya berpengaruh besar atas keimanannya, sehingga ia kini menjadi seorang kafir penentang kebenaran zat Allah SWT.
Dalam QS. Al-Jaatsiah : 23, Allah SWT telah memberikan peringatan tegas bagi orang-orang seperti Karl Marx, yang berbunyi :
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

Sangatlah rugi orang-orang seperti Karl Marx, ilmu pengetahuan yang ia pertuhankan, justru menjerumuskannya ke dalam kesesatan. Padahal, ilmu pengetahuan Allah berikan kepada manusia adalah lentera kehidupan yang harusnya dapat menerangi manusia ketika berada dalam kegelapan bukan sebaliknya.

c.         Karun (Cerdas dalam Intelektual tapi Bodoh dalam Soal Moral)
Karun adalah seorang saudagar kaya yang dapat dikatakan cerdas intelektulnya. Karun hidup pada masa kenabian Nabi Musa, ia dianugerahi kecerdasan yang luar biasa untuk fasih dan faham akan Taurat. Ia juga merupakan orang terpandang di negrinya, seorang saudagar kaya raya yang tidak tertandingi kekayaannya, akan tetapi ia sangat senang menumpuk harta kekayaan yang tidak akan habis dimakan tujuh turunan.
Karun beranggapan bahwa semua harta kekayaan yang ia dapatkan merupakan buah dari ilmu pengetahuan yang dimilikinya, bukan merupakan pemberian Allah SWT. Ia menjadi sosok manusia yang tamak dan sombong. Hingga pada suatu saat, Allah merasa perlu untuk memberikan pelajaran berharga kepada Karun, yaitu menimpakan azab kepadanya dengan menjungkirbalikkan bumi hingga menimbun Karun beserta harta kekayaan yang telah ia pertuhankan sejak lama.
Kisahnya termaktub di dalam QS. Al-Qashash :78, yang berbunyi :
Karun berkata: "Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku". dan Apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka?
           
           
d.        Charles Darwin (Teori Evolusi Ungkap Kebohongan Firman Tuhan dalam Bibel)
Darwin, secara terang-terangan menolak isi firman Tuhan dalam Bibel. Ia menyatakan bahwa "Bibel adalah firman Tuhan yang penuh dengan kebohongan terutama dalam konsep kejadian dan transformasi manusia". Darwin mengeluarkan pernyataan seperti itu setalah ia berhasil menemukan sebuah teori tentang kejadian dan transformasi manusia yang dinamakan Teori Evolusi. Setelah itu, ia komparasikan dengan firman Tuhan dalam Bibel, hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa teorinya tidak sesuai dengan isi Bibel.
Di dalam Bibel dikatakan bahwa "Manusia diciptakan Tuhan dari saripati tanah, setetes air hina (mani) yang kemudian menjadi segumpal darah, segumpal daging yang kemudian disempurnakan kejadiannya". Atas dasar kebingungannya itu, Darwin beranggapan  bahwa firman Tuhan dalam Bibel itu bohong, karena pembuktian ilmiah telah menunjukkan bahwa manusia adalah evolusi dari kera.
Darwin dengan teori evolusinya menjelma menjadi sesosok manusia laknat dan tidak beradab, karena tidak lama setelah itu ia bertekad untuk memalingkan kepercayaan manusia kepada Tuhan. Ia terus mengembangkan teori ini dan menyebarkannya kepada seluruh manusia. Hingga pada akhirnya, tidak sedikit manusia percaya bahwa teori ini benar sedangkan firman Tuhan dalam Bibel adalah bohong.
Inilah sebagian kecil dari pengaruh-pengaruh negatif ilmu pengetahuan yang selama ini banyak manusia (ahli sains) pertuhankan tanpa didasari etika dan estetika (Agama). Sains yang telah diamanatkan Allah SWT oleh kebanyakan manusia diterjemahkan sebagai maha karya dari akalnya sendiri yang dirangkum dalam ruang lingkup ilmiah yang kebanyakan menggunakan logika tanpa etika (keimanan) sehigga menjauhkan mereka dari kepercayaan kepada Allah SWT yang terlanjur mereka anggap sebagai sesosok pendusta.

2.        Sains Menyebabkan Bertambahnya Keimanan Manusia Kepada Allah SWT.
Sains yang sebenarnya adalah ketika manusia (ahli sains) dapat membaca tanda-tanda kekuasaan Allah yang nampak atau yang tersirat di seluruh alam. Sehingga, manusia akan merasakan pengaruh positif dari sains tersebut yaitu dengan sains mereka menjadi beriman bahkan bertambah tingkat keimanan dalam hatinya.
Sains yang sebenarnya adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kebenaran Al-Quran serta hadits-hadits Nabi Muhammad SAW. Peristiwa yang banyak terungkap belakangan ini, semuanya telah terrangkum dalam Al-Quran dan hadits-hadits Nabi. Seperti ditemukannya laut air tawar dan asin di Meksiko, yang telah dijelaskan dalam Al-Quran dengan tepat hingga bisa dibuktikan dengan ilmiah oleh kebanyakan ahli sains.
Di bawah ini, penulis akan menceritakan kisah-kisah teladan dari para ahli ilmu pengetahuan yang terbuka mata hatinya untuk beriman kepada Allah bahkan semakin bertambah tingkat keimanannya. Di antaranya:
a.         Nabi Muhammad SAW. sebagai Ahli Sains Sejati
Nabi Muhammad SAW. adalah bukti nyata seorang manusia yang telah merasakan pengaruh sains yang sebenarnya, yakni ketika bertambah ilmu pengetahuannya, maka bertambah pula keimanannya. Sains yang beliau kuasai sangat banyak jumlahnya. Beliau tahu tentang sains kedokteran, sosial, pendidikan, keagamaan dan lain-lain. Semua itu beliau pelajari sendiri dengan membaca tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. atau tidak jarang, dibimbing langsung oleh Allah SWT. melalui kalam-kalam-Nya yang diwahyukan secara langsung atau pun tidak langsung.
Salah satu bukti nyata tentang keahlian Rasulullah di bidang sains yaitu pada suatu hari, beliau hendak minum air dari gelasnya. Beliau melihat ada seekor lalat higgap pada air minumnya dengan satu sayap tenggelam. Lalu, beliau menenggelamkan satu sayap lainnya ke dalam air minum tersebut. Setelah itu, beliau mengangkat lalat yang tenggelam itu dari dalam gelasnya,  kemudian beliau meminum airnya.
Hal di atas bukan merupakan sebuah tindakan jorok atau yang lainnya. Di dalam sebuah keterangan, Rasulullah menjelaskan bahwa: "Pada satu sayap lalat itu terdapat penyakit dan satu sayap lainnya adalah sebagai penawarnya". Banyak ahli sains melakukan penelitian besar-besaran untuk membuktikan hadits di atas secara ilmiah. Akhirnya, didapatlah sebuah kesimpulan bahwa apa yang dikatakan Rasulullah benar adanya dan argumentasinya dapat dipertanggung jawabkan. Penjelasan tentang hal ini termaktub di dalam kitab Shahih Bukhori, bab Idzaa Waqo'a-Dzubaab Fi Syarobi Ahadikum, juz ke-11, hal. 98, hadits No. 3073, yang berbunyi:
3073 - حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مَخْلَدٍ حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ بِلَالٍ قَالَ حَدَّثَنِي عُتْبَةُ بْنُ مُسْلِمٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ بْنُ حُنَيْنٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي إِحْدَى جَنَاحَيْهِ دَاءً وَالْأُخْرَى شِفَاءً.
Telah menceritakan kepada kami Khalid bin Makhlad, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Bilal, ia berkata; telah menceritakan kepadaku 'Utbah bin Muslim, ia berkata; telah menceritakan kepadaku 'Ubaid bin Hunain, ia berkata; aku mendengar Abu Hurairah RA. berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: "Apabila terdapat seekor lalat pada minuman salah seorang di antara kamu maka tenggalamkanlah, kemudian angkat lalat itu. Karena, pada satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap lain terdapat obatnya.

Mengetahui keistimewaan tersebut, banyak ahli sejarah ingin tahu lebih dalam tentang Rasul dan keistimewaan sainsnya. Di antaranya adalah Dr. Carinch, seorang ahli ilmu pengetahuan barat. Ia berkata :
" Aku telah mempelajari ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan alam, ilmu kesehatan dan ilmu kedokteran. Aku pelajari sejak kecil dan aku fahami dengan sebaik-baiknya, lalu kudapati Al-Quran itu cocok dengan ilmu pengetahuan modern, lantas aku masuk Islam dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW. membawa kebenaran yang terang sejak lebih dari 1000 tahun yang lalu, tanpa seorang guru pun dai manusia yang membimbingnya".

Mengetahui keistimewaan intelektual yang ada pada dirinya, Rasulullah tidak lantas menjadi takabur, akan tetapi keistimewaan itu ia syukuri sebagai karunia dari Allah yang harus Ia pergunakan dengan bijaksana dengan penuh keimanan dan kesabaran dengan senantiasa mengharap ilmu yang beliau miliki akan menjadikannya ma'rifat (mengenal) Allah SWT, sehingga bermanfaat baginya di dunia dan di akhirat.

b.        Ahli Sains Barat Luluh Hatinya Karena Sains dalam Al-Quran
Al-Quran, meskipun turun pada Zaman Onta berabad-abad silam, ternyata menunjukkan kebenarannya dalam berbagai bidang keilmuwan, tidak terkecuali dalam bidang ilmu pengetahuan ilmiah atau sains.
Kebenaran sains yang terdapat dalam ayat-ayat Al-Quran telah dibuktikan secara ilmiah oleh kebanyakan ahli sains yang pada awalnya menentang kebenaran Allah SWT. (termasuk Al-Quran dan hadits Rasulullah SAW), hingga menunjukkan hasil yang identik dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan argumentasi ilmiah.
Satu persatu tanda-tanda kekuasaan-Nya telah Ia tunjukkan kepada manusia, terutama kepada orang-orang yang ragu akan kebesaran dan kekuasaan-Nya, serta kepada orang-orang yang menentang eksistensi Al-Quran dan hadits Nabi yang mendukung perkembangan sains diberbagai bidang di dunia ini, hingga pada akhirnya mereka menyadari, lalu meyakini kebenaran Allah dan Al-Quran serta mereka kembali kepada ajaran yang benar, yaitu Al-Islam.
Banyak ilmuwan barat yang masuk islam karena keotentikan sains dalam Al-Quran serta sains klasik dan modern yang pernah Nabi ajarkan melalui hadits-haditsnya. Tidak terhitung berapa banyak ilmuwan yang luluh hatinya dan bertambah tingkat keimanannya kepada Allah dikarenakan mereka merasakan pengaruh dari ilmu pengetahuan ilmiah. Kita sebut saja mereka itu di antaranya:
1.        Neil Armstrong  (Bersyahadat Setelah Berkunjung ke Bulan)
Neil Armstrong adalah salah seorang angkasawan ternama asal Amerika Serikat. Ia lahir di Ohio pada tanggal 5 Agustus 1930. Seluruh dunia mengenalinya, ia adalah angkasawan pertama yang berhasil menginjakkan kakinya di bulan. Neil adalah angkasawan NASA yang bertugas melakukan perjalanan ke bulan menggunakan Apollo 11 untuk yang pertama kalinya dalam sejarah.  
Singkat cerita, ia tiba di bulan. Tidak lama kemudian, ia dihadapkan dengan sebuah keadaan yang sangat mengherankan, yaitu ketika ia mendengar suara adzan (panggilan bagi kaum muslimin untuk mendirikan shalat) di bulan, sama persis dengan suara yang ia pernah dengar ketika berkunjung ke Mesir. Selintas memang tidak logis, karena bagaimana bisa suara terdengar di ruang hampa udara. Meski hal ini dianggap kebohongan besar sepanjang sejarah, tapi banyak sumber yang mengatakan bahwa Neil benar mendengar suara adzan ketika di bulan hingga hatinya mulai terbuka untuk mengakui kebenaran Tuhan.5



_______________________
5 http://wanville.wordpress.com/2007/11/26/penafian-neil-armstrong-memeluk-agama-islam/diakses pada tanggal 04 April 2011, pukul 14.36.
Setibanya di bumi, ia langsung masuk Islam dengan disaksikan banyak orang. Orang-orang keheranan dengan apa yang sedang terjadi pada diri Neil, banyak orang bertanya-tanya: "Ada apa denganmu? Apa yang menyebabkan kamu berubah?", kurang lebih seperti itu. Setelah diselidiki, ternyata dalam pikiran Neil saat itu hanyalah keagungan alam. Alam (maksudnya Allah SWT) telah menunjukkan kebesaran-Nya dengan menciptakan alam semesta yang begitu kompleks, luas dan saling bersinergi satu sama lain. Neil menyadari akan kebenaran teori ilmu pengetahuan yang ada dalam Al-Quran hingga ia serius untuk mempelajarinya.
Sains yang Neil geluti selama ini telah mengubah paradigma hidupnya, sehingga dengan demikian ia dapat membuktikan secara langsung kebesaran Sang Maha Esa dan menambah tebal keimanannya kepada sang Maha Pencipta.

2.        Reinword  yang Takjub Atas Keistimewaan Sains dalam Al-Quran
Setelah sekian lama berputat dalam kebingungan dan ketersesatan logika berpikirnya, kini Rein telah menemukan asal-muasal semua ilmu pengetahuan yang ada di dunia dari sebuah sumber yang ia yakini bukan merupakan hasil bauatan tangan manusia.
Ia berkeyakinan bahwa sumber yang dimaksudnya itu tidak lain dan tidak bukan adalah Al-Quran, kitab suci orang Islam. Hingga tidak lama kemudian ia meyakini keotentikannya terutama tentang sains yang ada di dalamnya.


Rein, setelah itu berkeinginan untuk membuktikan apa yang ada dalam Al-Quran secara ilmiah, hingga pada akhirnya terbukti benar. Rein berkata: "Kita (para ahli ilmu pengetahuan) harus mengakui bahwa ilmu alam, filsafat, ilmu falak, ilmu pasti seperti matematika, fisika dan yang lainnya yang telah menerangi Eropa pada abad ke-19 diambil dan digali dari sains dalam Al-Quran".
Rein adalah seorang kafir awalnya, hingga pada saat hatinya Allah putarbalikkan, ia dapat merasakan pengaruh sains yang digelutinya, hingga ia bersedia untuk menjadi seorang muslim, karena takjub atas ke-Maha Pintaran Allah yang dituangkan lewat kalam-kalamnya dalam Al-Quran sebagai sumber dari segala ilmu pengetahuan.

3.        Wigner Masuk Islam karena Seruan Hadits Rasulullah Tentang Mencari Ilmu
Tidak hanya Al-Quran yang membuat kebanyakan ahli sains barat tertarik untuk mengkajinya. Hadit-hadits Rasulullah pun tidak luput dari kajian mereka untuk memastikan kebenaran ajaran Islam bahkan sains Islam. Salah satunya adalah Wigner. Ia pernah berkata: " Seruan Rasulullah untuk mencari ilmu walau sampai ke negri China memberikan kejelasan kepadaku bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Islam dan Ilmu Pengetahuan".
Mengetahui hal ini, ia pun segera mengucap dua kalimat syahadat dan ia resmi menjadi seorang Muslim. Ia meyakini bahwa Islam beserta atributnya (Al-Quran dan Hadits) adalah pedoman yang sangat kompleks untuk mengatur sedemikian rupa logika manusia agar tidak terjerumus kepada kesesatan berfikir. Setelah ia masuk Islam, ia bertekad untuk mempelajari sains Islam lebih dalam, serta sains klasik atau pun sains modern dengan tuntunan iman yang telah Islam ajarkan.

4.        Muhammad Al-Asad Luluh Hatinya karena Keistimewaan Islam dan Sains dalam Al-Quran
Namanya aslinya adalah Leopold Weis. Lahir di Lemberg, Austria-Hongaria pada tanggal 2 Juli 1900. Seorang ahli sains yang pada awalnya secara terang-terangan menentang Islam dan menetapkan Islam sebagai rival bagi ilmu pengentahuan, karena islam itu dianggap sempit dan menyempitkan.
Pada suatu saat, konsistensi keimanannya Allah uji. Sedikit demi sedikit, ia mulai tertarik untuk mendalami Islam, karena ia tertarik atas keistimewaan Islam. Hingga suatu saat ia berkata :
" Tidak pernah sesaat pun Islam menghambat ilmu pengetahuan. Bahkan, Islam senantiasa menuntun pikiran manusia untuk terus mencapai derajat paling tinggi melebihi malaikat. Tidak ada satu pun agama yang melebihi keistimewaan Islam dalam mendorong akal pikiran manusia untuk menguasai semua ilmu yang berkaitan dengan masalah kehidupan ini".

Tahun 1926, berkat kesan mendalam dari hasil pengembaraannya di negara-negara Islam Timur Tengah (terekam dalam salah satunya bukunya Road to Mecca) ia memeluk Islam.6 Ia lantas mengatakan sesuatu mengenai Islam, yang berbunyi:
"Dalam pandangan saya, Islam itu terlihat seperti sebuah hasil arsitektur yang sempurna. Semua elemen yang ada di dalamnya secara harmonis saling melengkapi dan mendukung, tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang. Hasilnya adalah sebuah struktur dengan sarat akan keseimbangan yang sempurna dan komposisi yang sangat kuat".


_______________________
6 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Asad diakses pada tanggal 04 April 2011, pukul 14.59.
Hal ini merupakan hasil telaah Muhammad Al-Asad  terhadap QS. Al-Mujaadilah : 11, yang berbunyi :
... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Ia menyadari bahwa pendekatan sains yang mendorongnya untuk meyakini kebenaran Allah SWT. dan Nabi Muhammad SAW. beserta agama yang dibawanya (Al-Islam), hingga sains dunia harus berterus terang akan kebenaran firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Janji Allah SWT kepada orang-orang seperti Muhammad Al-Asad ( yaitu mereka yang telah menemukan dan merasakan pengaruh sains yang sesungguhnya) termaktub dalam QS. Al-Hajj : 54, berbunyi :
Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Quran Itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepada-Nya dan Sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.

Maka, anggapan kebanyakan ahli sains dunia yang mengatakan bahwa sains adalah rival agama dalam menyebarkan kebenaran tidak terbukti. Karena pada kenyataannya, sains merupakan mitra agama dalam menyebarkan kebenaran. Agama mengajarkan etika dan estetika dalam bertindak baik akal atau pun anggota badan, begitu pula dengan sains pada hakikatnya yaitu untuk memberikan pengaruh baik bagi semua manusia.  
Keimanan manusia (ahli sains) adalah taruhan dalam menggeluti sains. Sains akan menjadikan manusia angkuh, sombong dan besar kepala jika sains itu didefinisikan sebagai rival dari keimanan. Sebaliknya, sains akan menambah tingkat keimanan manusia bagi siapa saja yang siap menerima kebesaran dan kebenaran Allah yang secara terang-terangan telah termaktub dalam Al-Quran yang di dalamnya terdapat tanda-tanda kekuasaan-Nya. yang tentu tidak akan ternilai harganya.

B.       Telaah Para Ulama Tentang Pengaruh Sains Terhadap Keimanan Manusia Kepada Allah SWT.
1.        Penyebab Seorang Manusia Kufur Kepada Allah SWT. Karena Sains
Kufur di dalam Tafsir Al-Qathan Bab. المفردات الكُفر Juz ke-1 hal. 6, dikatakan:
اْلكُفْرُ : سَتْرُ الشَّيْءِ وَتَغْطِيْتُهُ ، وَمَنْ كَفَرَ فَقَدْ غَطَى الْحَقِيْقَةِ وَسَتْرُ نِعَمِ اللهِ عَلَيْهِ ، وَجَحَدِ الْاِيْمَانَ.
Kufur artinya menutupi sesuatu dan menghalanginya, dan barang siapa yang kufur, pada hakikatnya sungguh ia telah menutupi (diri) dari nikmat-nikmat Allah atasnya dan telah mengingkari keimanannya.

            ­Penulis akan menyampaikan hasil telaah para ulama tentang faktor-faktor yang menyebabkan seseorang kufur diakibatkan pengaruh dari ilmu pengetahuan, di antaranya:

a.         Ilmu yang tidak Ma'rifat 
Menurut kebanyakan ahli Tasawuf, ma'rifat ilmu artinya bertambahnya ilmu menyebabkan bertambahnya keimanan seorang manusia kepada Allah SWT. Sebaliknya, ilmu yang tidak ma'rifat berarti bertambahnya ilmu justru menutup hati, jiwa dan raganya untuk mengenal Allah SWT. (ma'rifatullah) Tuhan semesta alam yang maha mengetahui segala ilmu pengetahuan.
Seorang manusia yang tidak memiliki ma'rifat ilmu dalam dirinya akan sulit untuk menemukan pengaruh baik dari sains, berapa lama pun ia menggeluti sains tersebut. Karena, pada hakikatnya tetap saja ma'rifat kepada Allah sangat diperlukan sebagai barometer kekuatan iman seseorang. Adappun orang-orang yang memiliki latar belakang bukan orang beriman dalam artian kafir, pada hakikatnya mereka mempunyai potensi untuk ma'rifatullah dengan cara mereka menerima hidayah-Nya, akan tetapi kebanyakan dari mereka justru menolaknya, sehingga inilah yang dikatakan sebagai ilmu yang tidak ma'rifat.

b.        Merasa Diri Paling Sempurna
Manusia diciptakan Allah SWT. memang lebih kompleks dari makhluk-Nya yang lain. Manusia dilengkapi dengan kemampuan menggunakan akalnya, mengeksplorasi ilmu pengetahuannya hingga menyempurnakan kehidupannya. Kesempurnaan (kebaikan) dalam penciptaan manusia membuktikan bahwa begitu percayanya Allah kepada manusia untuk mengemban ilmu pengetahuan yang diharapkan mampu  melahirkan kebaikan bukan hanya untuk dirinya akan tetapi untuk semua manusia. Akan tetapi, manusia sering tergelincir oleh kekeliruan menafsirkan sebuah keberhasilan hingga tidak sedikit manusia yang terjerumus ke jurang kehinaan (neraka). Sebagaimana firman Allah SWT. dalam QS. At-Tiin : 4-5 yang berbunyi:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
Salah satu pendorong timbulnya hal seperti ini dikarenakan manusia (ahli sains) berpaling dari tafakkur (memikirkan) ayat-ayat Allah yang telah memberikannya kelebihan intelektual dalam artian mereka telah merasa diri paling sempurna. Mereka merasa bahwa ilmu pengetahuan yang mereka miliki adalah hasil jerih payahnya sendiri, hingga mereka patut disebut manusia paling sempurna.  Hal ini akan menyebabkan berkurangnya iman, atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak akan pernah berkembang. Kecerdasan yang mereka anggap meningkat, di hadapan Allah SWT. tidak lebih dari sebuah kebodohan.

c.         Mencintai Dunia dan Membenci Kematian (Hubbud-dunya wa Karohiyyaul-Maut)
Kanada di abad modern ini, menyimpan sebuah penggalan kisah mencengangkan. Seorang ilmuwan bernama Thomas, secara terang-terangan menentang kematian karena ia lebih mencintai kehidupan dunia yang penuh dengan "kesenangan". Harta, wanita semua ada dan membawa kenikmatan dalam kehidupannya.
Kurang lebih 10 tahun ia sudah menampakkan "kegilaannya" dengan membekukan jenazah sang kakek yang sangat dicintainya. Ia tidak dapat menerima kehendak Tuhan yang selalu ia anggap tidak adil, mencabut nyawa kakeknya yang notabene ahli dalam ilmu kedokteran. Ia membekukan jenazah kakeknya guna mempersiapkannya untuk diklon (cloning) agar si kakek dapat reinakrnasi (menjalani kehidupan baru setelah hidup kembali dari kematian), sehingga ia dan kakeknya bisa hidup bersama lagi. Kendati gagal, ia rela jika kelak ia mati dikubur di air es dan bukan di tanah. Karena ia yakin, bahwa kematian itu tidak pernah ada karena pada hakikatnya manusia diciptakan untuk hidup abadi di dunia. Sains yang Thomas kuasai justru dipergunakan untuk menentang takdir sebuah kematian, di mana semua yang berjiwa pasti merasakannya.

d.        Membenci Kebenaran dan Orang yang Mengajarkan Kebenaran
Membenci kebenaran berarti menuntut atas tidak adanya kebenaran tersebut. Tidak ada kebenaran berarti segala bentuk kesalahan, kelaliman dan kedurhakaan yang secara otomatis akan merajalela. Kebenaran adalah anugrah yang Allah berikan guna menghasilkan segala bentuk kebaikan. Akan tetapi, orang-orang zaman sekarang banyak yang membenci kebenaran yang sifatnya memberikan kebaikan, apalagi kebenaran yang datangnya dari Allah SWT.
Membenci kebenaran seperti ini adalah bentuk kefasikan. Menurut para ulama, fasik artinya melarikan diri dari hidayah (petunjuk) Allah SWT. Allah SWT. akan senantiasa memberikan petunjuk kepada semua makhluk-Nya di dunia ini, guna membimbing manusia kepada jalan kebenaran. Akan tetapi, ketika seorang manusia membenci kebenaran maka petunjuk itu tidak akan Allah berikan, melainkan Allah akan senantiasa membiarkan mereka ada dalam kesesatan.
Sains pada hakikatnya memberikan dan mengajarkan kepada manusia akan arti sebuah kebenaran (yakni mengakui adanya), akan tetapi kebanyakan manusia tidak memperhatikannya. Manusia (ahli sains) justru memandang sains itu sendiri sebagai hasil karya intelektualnya yang tentu saja bebas mereka gunakan untuk apa saja, meskipun itu bertolakbelakang dengan kebenaran.

2.        Penyebab Seorang Manusia Bertambah Tingkat Keimanannya
a.         Ilmu yang Ma'rifat
Istilah Ma'rifat berasal dari kata "Al-Ma'rifah" yang berarti
mengetahui atau mengenal sesuatu. Dan apabila dihubungkan dengan
pengamalan Tasawuf, maka istilah ma'rifat di sini berarti mengenal
Allah SWT.
Imam Al-Qusyairy mengemukakan pendapat Abdur Rahman bin Muhammad bin Abdillah yang mengatakan: "Ma'rifat membuat ketenangan dalam hati, sebagaimana ilmu pengetahuan yang menghasilkan ketenangan di dalam akal pikiran. Maka, barang siapa yang meningkat ma'rifatnya akan bertambah pula ketenangan di dalam hatinya. 7
Ma‘rifat menurut ahli fiqih adalah ilmu. Setiap ilmu itu ma’rifat, ma‘rifat itu ilmu, setiap orang alim arif dan setiap ‘arif itu alim.
Ma'rifat ilmu artinya bertambahnya ilmu menyebabkan bertambahnya keimanan hati, lisan dan perbuatannya kepada Allah SWT.
Sains, baik itu sains klasik atau pun modern sedikit banyak mengandung unsur "Al-Ma'rifat", hanya saja kebanyakan ahli sains tidak menyadarinya. Sains berpotensi besar meningkatkan Al-Ma'rifat itu, tinggal bagaimana cara seorang ahli sains mengaturnya. Apakah ia memilih menjadikan sains sebagai perantara ma'rifatnya kepada Allah atau sebaliknya.


b.        Memperhatikan Tanda-tanda Kekuasaan Allah
Seseorang yang memperhatikan dan merenungkan tanda-tanda kekuasaan Allah maka akan bertambah keimanannya. Allah Ta'ala berfirman di dalam QS. Adz-Dzaariyat : 20-21, yang berbunyi:  
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?".



_______________________
7 http://teosufi.blogspot.com/2010/04/marifat.html diakses pada tanggal 04 April 2011, pukul 16.52.
Ayat di atas menunjukkan, jika manusia memperhatikan dan merenungkan alam ini sebagai tanda-tanda kekuasaan-Nya baik secara langsung atau pun tidak langsung orang itu sedikit demi sedikit mulai mengenali Allah SWT. setelah itu ia mencintai-Nya dan setelah ia mencintai Allah maka secara otomatis iman dalam hati, lisan dan perbuatannya akan bertambah.
Seorang manusia (ahli sains) yang senantiasa memikirkan tanda-tanda kekuasaan-Nya akan senantiasa mendapatkan kebaikan dari ilmunya, hingga ia mampu membimbing diri dan kebanyakan manusia kepada ketakwaan kepada Allah setelah beriman kepada-Nya.

c.         Takut kepada Allah (Makhofatullah)
Takut kepada Allah SWT, berpotensi besar untuk meningkatkan keimanan seorang manusia kepada-Nya. Karena, dengan takut kepada Allah manusia (ahli sains) akan senantiasa meningkatkan keimanannya dengan menjalankan segala bentuk ketaatan baik dalam aqidah (keyakinan), ibadah (peribadatan), dan mu'amalah (kebiasaan sehari-hari).
Seseorang yang bertambah ketakutannya kepada Allah maka akan bertambah pula ketaatan kepada-Nya. Setelah itu, akan bertambah pula keimanannya, baik ketaatan itu berupa qauliyah (perkataan) maupun fi'liyah (perbuatan). Ia akan senantiasa konsisten menjaga keimanannya, karena ia takut kepada Allah SWT. ketika ia sedikit saja keluar dari aturan yang telah ditetapkan oleh-Nya.
Seorang manusia (ahli sains) yang khauf  (takut) kepada Allah, ketika mereka berjalan di atas bumi ini (hidup) dengan membawa keistimewaaan baik itu berupa kecerdasan, kekayaan dan  yang lainnya, akan senantiasa menunduk menandakan kesederhanaan, bak padi yang semakin merunduk ketika semakin berisi.
Demikianlah telaah para ulama tentang pengaruh sains terhadap keimanan manusia kepada Allah dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Pada intinya, sains akan berkembang mengikuti perkembangan intelektual manusia yang kemudian akan membawa manusia kepada dua jalan yang tentu saja harus mereka pilih salah satunya yaitu iman atau kufur. Manusia bertanggung jawab besar atas sains yang telah Allah amanatkan baik bagi dirinya ataupun kebanyakan manusia. 

BAB IV
PENUTUP

1.        Kesimpulan
A.      Pengaruh Sains Terhadap Keimanan Manusia Kepada Allah SWT.
Sains secara umum memiliki pengaruh yang sangat besar kepada tingkat keimanan manusia kepada Allah SWT. yakni:
1.      Sains menyebabkan manusia (ahli sains) kufur
2.      Sains menyebabkan manusia (ahli sains) bertambah iman
Tinggal bagaimana seorang manusia (ahli sains) memperlakukan anugerah Allah itu dengan bijaksana.

B.       Telaah Para Ulama Tentang Pengaruh Sains Terhadap Keimanan Manusia Kepada Allah SWT.
1.      Sains Menyebabkan Manusia (Ahli Sains) Kufur
Faktor-faktor yang menyebabkannya yaitu:
a.       Ilmu yang tidak Ma'rifat
b.      Merasa Diri Paling Sempurna
c.       Mencintai Dunia dan Membenci Kematian
d.      Membenci Kebenaran dan Orang yang Mengajarkan Kebenaran



2.      Sains Menyebabkan Manusia (Ahli Sains) Bertambah Iman
Faktor-faktor menyebabkannyanya yaitu :
a.       Ilmu yang Ma'rifat
b.      Memperhatikan Tanda-tanda Kekuasan Allah
c.       Takut kepada Allah SWT.

2.        Saran-saran
Kepada  pembaca :
·           Pembaca dapat mengambil pelajaran yang baik dari esensi karya tulis ini;
·           Pembaca diharapkan termotivasi untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mengembangkan intelektual dengan disertai keimanan dan kesabaran, guna memberikan kebaikan kepada diri sendiri atau pun orang lain.

Kepada  ahli sains:
·           Tidak bosan untuk tetap mengembangakan intelektual dan berusaha untuk mengamalkannya disertai dengan keimanan dan kesabaran;
·           Menjadikan ilmu pengetahuan ilmiah (sains) sebagai media taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mengenali-Nya (ma'rifatullah).
·           Sains yang dipelajari, semoga dapat dijadikan media untuk memotivasi generasi muda zaman ini untuk lebih meningkatkan semangat serta kesungguhan dalam berjihad di jalan Allah.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar